Petani Indraprasta
Sawah Indraprasta memang dikenal subur dan makmur. Para petaninya mengolah pertaniannya dengan memadukan teknologi pertanian dengan adat kebiasaan yang diterimanya secara turun-temurun. Hampir tidak pernah para petaninya mengeluh. Sawah-sawahnya ditatanya secara terasering. Indah kelihatannya. Banyak para pelancong yang tertegun melihat keindahan sawah-sawah di Indraprasta. Kotoran sapi diolahnya dijadikan pupuk organik. Jerami-jerami diolahnya menjadi kompos. Hampir tidak ada yang terbuang. Lenguhan kerbau dan sapi menambah semangat para petani di Indraprasta untuk mempersembahkan yang terbaik. Pada saat-saat tertentu utamanya pada hari raya suci, para petani mempersembahkan sesajen sebagai ungkapan atas karunia Hyang Widhi pada umatnya. Kegembiran tersirat di hati para petani. Ada yang melantunkan geguritan sebagai ucapan syukurnya. Kedamaian dan keindahan seakan menyatu dalam keseharian hidupnya. Mata air yang berada di hulu sungai dirawatnya seperti merawat hatinya. Tak pernah sampai debitnya berkurang. Pohon-pohon yang tumbuh di samping kanan-kirinya dijaganya seperti menjaga pikirannya agar tak terkotori oleh keinginan-keinginan. Tak ada yang berani menebangnya. Dibiarkan tumbuh subur sesubur jiwanya. Pohon beringin, beberapa pohon lain dan juga bambu dijaganya. Beragam bambu tumbuh di tebing sungai. Di samping untuk menahan longsoran tanah juga menambah asrinya sungai. Liukan ujung bambu seperti mengucapkan terima kasih karena dijaga dengan cinta kasih. Darmawangsa memang memberikan rakyatnya mencari bambu kalau ada upacara besar. Kalau tidak, tidak boleh menebang. Itupun kalau bambu yang sudah berusia tua. Tidak sembarangan bambu bisa diambil. Suara sunari memanggil-manggil burung pipit agar mendekat. Beberapa burung meliuk-liukkan...
Read More